Selamat Datang dan Tengkyu!

Terima kasih telah mengunjungi blog saya. Senang bisa berinteraksi dengan Anda.

Mungkin dengan media ini lebih mudah bagi saya dan Anda berinteraksi lintas ruang dan waktu.

Siapa pun Anda, mari berbagi gagasan dan inspirasi!


b+
Nurhidayanto

Jumat, 16 November 2007

Inspirasi Bisnis

Imam Munasir,
Sarjana yang Juragan Donat

Musim hujan telah hadir di tengah-tengah kita. Tak kenal waktu pagi, siang, sore, bahkan malam hujan turun membawa hawa dingin dan suasana yang serba lembab dan basah. Jika sudah begini, terbayangkah Anda betapa nikmatnya makan donat ditemani secangkir teh hangat? Terlebih jika donat itu adalah produksi Imam Munasir (35 tahun) dengan label Da’im Donat. Hmm... pasti lebih dari sekedar ”maknyusss..!”

Sejarah donat produksi Imam Munasir ini bermula pada tahun 1996, dari sebuah kamar kos mahasiswa di Yogya. Seusai pendadaran, sambil menunggu jadwal wisuda yang akan datang dua bulan lagi, Imam Munasir mengisi ”kekosongan” waktu itu dengan coba-coba membuat donat. Keahlian ini didapatnya dari meniru sang ibu di Solo, yang membuat dan menjual kue-kue sejak Imam masih kecil. Bermodal uang pinjaman 30 ribu dari teman kosnya, Imam membuat dan menjual sendiri donat produksi pertamanya. Dari memasarkan donat itu ke teman-teman di lingkungan kosnya, modal 30 ribu balik utuh dalam seminggu.
”Saat itu saya memulai dengan bermodal optimis, bahwa usaha ini suatu saat akan besar jika saya seriusi,” tutur Imam mengenang saat-saat awal ia membangun bisnisnya sendiri. Namun usaha ini sempat berhenti ketika Imam bekerja di sebuah perusahaan di Palembang – demi melegakan hati orang tua dan ”memenuhi syarat agar boleh menikah,” kata Imam.
Bisnis donat Imam baru benar-benar serius digarap kembali mulai 1997. Datang kembali ke Yogya – kali ini bersama istrinya. Seteah mencoba beberapa bentuk bisnis, Imam berkesimpulan bisnis donat lebih cocok bagi dia dan istrinya. Maka mulai ditekunilah usaha donatnya dengan berbendera Da’im Donuts (nama yang diambil dari singkatan ”Uda Imam”, panggilan sayang sang istri kepadanya).
Saat ini operasional bisnis Da’im Donuts berpusat di sebuah rumah di daerah Lojajar, Ngaglik. Rumah ini pulalah yang dijadikan tempat produksi. ”Lokasi ini adalah kepindahan yang terakhir, sejak 2002. Sebelumnya saya sempat berpindah hingga 4 kali,” jelas Imam.
Sesuai permintaan pemesan yang semakin dinamis, Da’im Donuts juga membuat berbagai jenis roti manis. Donat tetap diproduksi, dan menjadi core business Da'im Donuts, karena mudah disosialisasikan dan relatif sudah dikenal oleh pasar. Da'im Donuts tetap mengembangkan berbagai variasi toping donat.
Dua belas staf produksi, semuanya perempuan, khusus membuat aneka donat dan roti Da'im Donuts. Seluruh staf produksi ini direkrut dan dilatih langsung oleh Imam. ”Untuk menjaga kualitas produk dan menjamin komitmen orang-orang yang terpilih,” jelasnya. Dua alasan utama ini terbukti hingga sekarang. Belum pernah ada karyawan produksi yang mundur atau dikeluarkan secara paksa. Memang ada satu-dua yang mengundurkan diri secara baik-baik, karena menikah dan pindah tempat tinggal ikut suami.
Di lini pemasaran, Imam bekerja dengan 4 karyawan pokok dan 3 freelance. Mereka bertugas mengirim pesanan, menjalin hubungan dengan pelanggan, mencari pemesan baru dan mengontrol cakupan pemasaran Da'im Donuts. Seluruh tim inilah yang menggerakkan omset penjualan Da'im Donuts hingga 70 juta per-bulan.
Konsumen Da'im Donuts kebanyakan adalah pelanggan perorangan. Mereka berlangganan sebagai konsumsi institusinya, misalnya sekolah dasar dan TK. Jenis pelanggan inilah yang menjadi prioritas pemasaran sekarang. ”Karena pesanan ajeg dan mudah diprediksi,” kata Imam. Pelanggan lainnya adalah katering dan toko-toko yang menjual kue segar.

Bermitra dengan BMT Al-Ikhlas
Imam masih ingat saat di tahun 1998 ia memanfaatkan pembiayaan di BMT Al-Ikhlas. ”Saat itu saya perlu tambahan modal 125 ribu. Saya ajukan sebesar itu dan disetujui cair sebesar itu pula,” kenangnya sambil menceritakan betapa uang (yang mungkin sekarang nilainya relatif kecil) itu sangat berarti bagi pengusaha kecil.
”Saya bersyukur bisa bermitra dengan BMT yang mau berkomitmen bagi hasil murni. Jika keuntungan saya sedang banyak, bagi hasilnya meningkat. Jika keuntungan sedang turun, BMT menerima kecil juga,” papar ayah 5 anak dari perkawinannya dengan gadis Minang ini. Kata Imam, banyak lembaga keuangan yang mengaku syariah tapi belum siap diajak berbagi hasil murnim.
Imam Munasir berharap pelayanan BMT Al-Ikhlas semakin meluas dan merata. Banyak warga masyarakat yang menginginkan akses ke lembaga keuangan yang bebas riba, namun terkendala berbagai hal. ”BMT harusnya yang proaktif menjangkau mereka,” tutur Imam menambahkan.

1 komentar:

rio nisafa mengatakan...

ternyata di paragrap-paragrap ada promosinya .... hehehehehe

Rock d World!
rio_nisafa

Mengenai Saya

Foto saya
Bantul, DI. Yogyakarta, Indonesia
Saya percaya setiap orang hidup untuk sebuah misi, amanat dan titipan Tuhan. Saya memiliki impian terbaik untuk orang-orang yang saya cintai, dan ingin meraih impian saya dengan membantu sesama menggapai impiannya. Mari berbagi.