Selamat Datang dan Tengkyu!

Terima kasih telah mengunjungi blog saya. Senang bisa berinteraksi dengan Anda.

Mungkin dengan media ini lebih mudah bagi saya dan Anda berinteraksi lintas ruang dan waktu.

Siapa pun Anda, mari berbagi gagasan dan inspirasi!


b+
Nurhidayanto

Kamis, 23 April 2009

Bagaimana Jika Grameen Bank di Jogjakarta?

Prinsip dan Kriteria Pemberian Pembiayaan
Berdasarkan Sistem Grameen Bank


A. Prinsip Pemberian Pembiayaan
Dalam melaksanakan Program, BaitulMaal akan menerapkan prinsip-prinsip pokok Grameen Bank, sbb. :
Pinjaman diberikan tanpa agunan atau penjamin dan tanpa tindakan hukum apabila tidak dapat membayar kembali pinjamannya.
Pinjaman diberikan kepada orang-orang atau rumah tangga termiskin di daerah pedesaan.
Prosedur pemberian kredit dibuat sederhana.
Calon anggota membentuk Kumpulan dan beberapa kumpulan membentuk satu Rembug Pusat.
Pinjaman diberikan untuk kegiatan produktif.
Baitul Maal memberikan pinjaman yang jumlahnya relatif kecil dengan angsuran mingguan selama 1 tahun (dalam tahap pertama pinjaman maksimum Rp. 300.000).
Pinjaman diberikan secara berurutan, dua anggota kelompok yang membutuhkan diberi prioritas pertama, kemudian menyusul dua anggota lainnya, sedangkan ketua kumpulan menerima pinjaman paling akhir.
Pengawasan dilakukan dalam hal penggunaan pinjaman dan pembayaran angsuran.
Peminjam diberi kemungkinan meminjam kembali setelah pinjamannya lunas.
Tabungan Kumpulan :
Setiap peminjam dikenakan simpanan wajib sebesar 5% dari jumlah pinja­man dan disimpan sebagai Tabungan Kumpulan
Setiap anggota menabung Rp. 100,00 setiap minggu dalam Tabungan Kumpulan.
Pinjaman diberikan tanpa bunga, tetapi dikenakan biaya administrasi.
Pembebasan hutang apabila anggota meninggal dunia.
Semua transaksi pinjaman dan tabungan diadakan dalam Rembug Pusat.

B. Kriteria Pembiayaan Baitul Maal Al Ikhlas
Agar program ini dapat mencapai sasarannya yaitu agar pinjaman Baitul Maal hanya diberikan kepada orang-orang atau rumah tangga yang termiskin di daerah pedesaan, ditetapkan kriteria tertentu mengenai penghasilan, pemilikan rumah, tanah dan aset lainnya untuk memperoleh pinjaman Baitul Maal Al Ikhlas.
Syarat-syarat kelayakan tersebut adalah ;
Rumah tangga yang bersangkutan tidak memiliki tanah, atau memilik tanah yang kurang dari 0,25 ha.
Pendapatan perkapita rumah tangga kurang dari Rp. 150.000,- perbulan.
Peminjam memiliki ketrampilan dalam usaha yang akan dijalankan.
Peminjam memiliki kegiatan usaha yang jelas dan dapat dipertanggungjawab­kan kelayakannya.
Untuk peminjam yang hanya memiliki usaha yang bersifat jangka panjang atau musiman, harus mempunyai usaha lain yang sifatnya jangka pendek atau cepat mendatangkan hasil.

5.4. Tahapan Pelaksanaan Percontohan
Sebelum dilaksanakan pilot proyek didahului dengan pelaksanaan survai untuk mengumpulkan data dasar (base line reseach) di wilayah sampel. Hasil dari base line ini menunjukkan bahwa masyarakat termi­skin memang membutuhkan bantuan kredit untuk melaksanakan kegiatan usaha komersial mereka. Selama ini banyak diantara mereka yang terjerat pada rentenir (dengan nama populer "bank titil") dengan beban bunga sampai 30% per bulan.
Base line research juga menyajikan informasi yang mencakup :
Kondisi ekonomi rumah tangga miskin dan tidak miskin diukur dari penge­luaran konsumsinya.
Karakteristik penduduk (jumlah anggota keluarga, jumlah orang dewasa, rasio ketergantungan, karakteristik kepala rumah tangga).
Sumber pendapatan rumah tangga dan pola konsumsi.
Kualitas sumber daya manusia diukur dari tingkat pendidikan formal dan pilihan bidang pekerjaan.
Kemampuan menabung sebagai sumber penumpukan dana.
Sebagai tindak lanjut dari base line reseach dilaksanakan pilot proyek (kaji tindak) yang mengambil lokasi di wilayah sampel.
Kegiatan pilot proyek terbagi dalam beberapa tahap, yang akan diuraikan beri­kut ini.

A. Tahap Persiapan
Dalam tahap ini kegiatan-kegiatannya meliputi :
Pengangkatan dan pelatihan petugas lapang yang merangkap administrasi kantor.
Menyewa rumah untuk kantor dan sekaligus tempat tinggal petugas lapang yang membutuhkan.
Menyiapkan buku-buku administrasi.
Perencanaan kelompok sasaran selama 1 tahun. Untuk satu tahun pertama jumlah anggota sasaran dapat direncanakan misalnya 100 mitra, mencakup beberapa desa dengan total realisasi kredit (tahap pertama) perorang maksimum Rp. 500 ribu.
Persiapan pembentukan kelompok pertama dengan memberikan informasi dari rumah ke rumah untuk rumah tangga paling miskin.

B. Tahap Pelaksanaan
Dalam tahap pelaksanaan, kegiatan yang dilakukan tim pelaksana adalah :
Mendaftar ibu-ibu yang akan meminjam (tiap kelompok terdiri atas 5-10 orang).
Melakukan uji kelayakan (UK).
Melaksanakan Latihan Wajib Kumpul (LWK) selama 5 hari.
Pengesahan Kelompok.
Pembentukan Rembug Pusat.
Pengajuan Pembiayaan, realisasi, angsuran, tabungan dan pemecahan masalah yang ada dalam Rembug Pusat.
Anjangsana ke Mitra dengan tugas monitoring.

C. Tahap Monitoring
Obyek yang akan dipantau perkembangannya adalah :
Perkembangan jumlah Mitra secara absolut dan relatif. Ukuran relatif didasarkan pada rasio antara jumlah nasabah riel dengan nasabah potensial. Yang dimaksud dengan nasabah potensial adalah jumlah penduduk miskin di wilayah kerja Baitul Maal.
Memonitor jenis-jenis usaha nasabah.
Perkembangan realisasi kredit, jumlah angsuran dan sisa pinjaman.
Perkembangan dana kumpulan (pokok, wajib dan administratif).
Memonitor keadaan Baitul Maal yang meliputi :
Memonitor kebutuhan tambahan tenaga kerja sesuai dengan wilayah perkembangan kerja.
Mengamati animo masyarakat di luar wilayah kerja terhadap kegiatan Baitul Maal.
Monitoring dimaksudkan untuk tujuan penyempurnaan pelaksanaan proyek Baitul Maal, dan dilakukan sejak Baitul Maal mulai berjalan.

D. Tahap Evaluasi
Tahap evaluasi adalah melakukan penilaian terhadap pelaksanaan proyek Baitul Maal setelah berjalan satu tahun.
Pelaksanaan evaluasi dilaksanakan dengan metode survai dan observasi.
Aspek-aspek yang akan dievaluasi adalah :
Sejauh mana proyek ini mampu meningkatkan penghasilan keluarga mitra.
Tingkat kedisiplinan nasabah, dilihat dari ketepatan waktu serta jumlah angsuran.
Perkembangan jenis kegiatan ekonomi nasabah.
Supervisi terhadap nasabah mengenai kemampuan pemu-pukan modal dan peng­guanaan pinjaman dari Baitul Maal.
Evaluasi terhadap alokasi biaya operasional proyek dan pendapatan.
Evaluasi mengenai pengaruh Baitul Maal terhadap akumulasi modal anggota.
Dampak Baitul Maal terhadap jenis pekerjaan dan kesempatan kerja.

Artikel ini bersumber dari Manajer Baitul Maal AL-IKHLAS

Segala Sesuatu Ada Terminalnya

Segala sesuatu ada terminalnya. Mesin perlu berhenti sejenak untuk pendinginan. Komputer kita butuh reboot dan restart. Kendaraan juga perlu diistirahatkan dari pemakaian terus-menerus.
Tubuh kita pun perlu berhenti sejenak dari kepenatan dan rutinitas. Alloh swt. menyediakan waktu-waktu sholat (di antaranya) untuk keperluan itu.
Rehat sholat adalah kebutuhan, yang kadang karena ego kita menutupinya, kita abai tidak sudi berhenti sejenak. Padahal siraman wudhu adalah kesejukan yang nikmat tiada tara.
Hanya yang mau mendengar hati kecilnya sajalah yang dapat menangkap isyarat ini. Andakah yang beruntung di antaranya? Semoga.

Sabtu, 18 April 2009

Sepasang Kesetiaan


Saat itu saya dalam perjalanan pulang kampung. Karena trayek bis hanya sampai kota Ngadirojo, sebuah kota kecil sekitar dua puluh kilo dari tempat tinggal saya, saya harus nyambung angkutan lokal dari Ngadirojo ke Baturetno.
Matahari belum sempurna terbit, saat saya memutuskan memilih sebuah minibus, berbaur dengan para pedagang kerupuk, serabi, tempe, bahkan kambing dan ayam. Untuk kambing, jelas tempatnya terpisah, ditempatkan di bagasi. Sementara, beberapa keranjang berisi ayam yang tak berhenti berkeciap berikut bau kotorannya yang memengapkan ruangan minibus, tumpang tindih dengan kardus-kardus berisi kerupuk dan makanan ringan lainnya, menjejali pintu utama.
Setelah minibus berjalan sekitar lima belas menit, dua orang penumpang naik. Seorang nenek tua yang terlihat sedang sakit, berjalan dengan menggunakan tongkat bambu wulung yang dipotong seadanya. Melihat warna mengilap di bagian pegangan tongkat, saya menyimpulkan bahwa tongkat itu telah cukup lama dipakai sehingga meninggalkan bekas yang khas. Seorang kakek di belakangnya. Tak kalah renta. Saya menaksir usianya sekitar awal delapan puluhan.
Minibus penuh sesak. Tak ada bangku kosong. Sang nenek tertatih-tatih saat menaiki minibus. Bahkan, sang kondektur harus mengangkatnya dengan susah payah, sementara si kakek menyusul di belakangnya, membantu sang kondektur—kendati saya yakin, bantuan ‘tenaga’ si kakek tidak berpengaruh apa-apa, malah mungkin justru merepotkan.
Saya tawarkan tempat duduk saya kepada si nenek, namun ia ragu-ragu. Hanya senyuman—saya merasa senyum ini begitu sedap dan ikhlas—yang dihadiahkannya. Saya mencoba meyakinkannya. “Silakan, Mbah! Saya nggak apa-apa, kok, berdiri.” Masih dengan ragu-ragu, si nenek kemudian berucap bahwa ia hendak periksa ke dokter ‘X’, seorang dokter yang cukup terkenal di Baturetno.
Ketika sekali lagi saya menawarkan bangku dengan bergegas berdiri, ia menatap kedua kakinya yang terlihat kaku. “Saya tidak bisa duduk, ” katanya. “Boleh untuk si Mbah saja?” ia menunjuk sang kakek. Tentu saja, saya mengangguk, mempersilakan duduk sang kakek. Dan, setelah itu, yang saya lihat adalah hal yang sungguh dramatis. Sang nenek, karena kedua kakinya tidak bisa ditekuk, ternyata memang benar tidak bisa duduk dengan wajar. Suaminyalah yang duduk, dan setengah memangku isterinya itu dengan penuh kasih. Sebelah tangan renta keriputnya—yang tak bisa menyembunyikan gemetar—berpegangan pada sandaran bangku, sedangkan sebelah lagi melingkar di tubuh renta isterinya. Sedangkan sang nenek, berpegangan pada pundak lelakinya.
Saya tak tahu pasti apa yang lintas dalam pikiran masing-masing. Yang saya lihat hanyalah ‘kesempurnaan’ cinta seorang manusia. Saya begitu terharu dan merasa tak akan mampu menaksir kedalaman cinta keduanya. Cinta yang bertahan hingga di usia senja. Saya hanya sanggup mereka-reka dialog seperti apa yang layak untuk adegan semenakjubkan ini. Mungkin begini:
 Si lelaki, dengan bahu kokoh dan lengannya yang perkasa, menawarkan rasa aman kepada isterinya. “Tenanglah, Sayang, tidak akan ada hal buruk yang akan terjadi. Kau akan aman berada di sampingku.”
 Sementara si wanita, dengan kepasrahan seorang isteri, menyandarkan kepalanya di dada bidang itu, “Bawalah aku ke mana kau pergi, Kekasih! Sebab aku tahu, kaulah waliku di akhirat nanti. Bawalah, dan aku akan serta. Tak peduli sakit ini. Tak usah khawatir, sebab aku tak mengeluhkannya. Bukankah kita hanya semata berusaha mencari kesembuhan dari Alloh swt.?”

* * *
Saya masih melihat—dan tak ingin melewatkannya—saat sang kakek menuntun isterinya menyeberang jalan. Ya, sementara banyak pasangan yang cintanya meredup saat memasuki usia kepala lima, atau malah jauh sebelumnya.
Saya teringat bagaimana banyak pasangan, di hari tuanya memilih hidup terpisah. Bukan bercerai. Sang ibu mengikut tinggal di rumah anaknya, sedang si kakek di rumah anaknya yang lain. Kalaupun ada yang lebih ‘harmonis’ dari itu, tetap saja saya akan begitu sulit mendapatkan sepasang kakek-nenek membahasakan cinta dengan begitu romantis.

Diadaptasi dari sebuah artikel berjudul "Cinta di Hari Tua",
yang saya (maaf) benar-benar lupa sumbernya.

Kamis, 09 April 2009

SUARA HERI TENTANG PEROLEHAN SUARA PKS

Hari+1 setelah pemilu legislatif, setelah pengumuman berbagai quick count, seorang teman baik meng-sms saya begini:
Assalamu'alaikum,
Afwan seblumnya. Pendapat saya tentang hasil suara PKS yang belum mencapai target, perlu menjadi muhasabah kita bersama sebagai hamba Alloh yang masih dhaif dan insyaAlloh terus selalu istiqamah dalam menggapai ridhoNya dengan mempelajari Islam secara syumul, serta selektif membedakan yg haq dan batil.
Teman yg dirahmati Alloh, kampanye putaran-1 yang mendatangkan GIGI dan pertunjukan barong menurut saya tidak ahsan, banyak yang menyayangkan hal ini. Mencari kader dan simpatisan sebaiknya gunakanlah dengan dasar Al-Quran & As-Sunnah. Agar Alloh suka.
Heri (HiAs) di Yogyakarta

Bagaimana menurut Anda?

Money Politics, Antara Kebutuhan Perut dan Pemberantasan Korupsi

Saat pencontrengan tinggal beberapa hari lagi. Semakin dekat dengan hari-H pemungutan suara, persuasi dari para caleg makin intensif. Jorjoran merebut simpati memanfaatkan berbagai media, menggunakan berbagai variasi senjata dan jurus.
"Hari tenang" alih-alih membuat para calon anggota dewan tenang, justru makin deg-degan. Bagaimana tidak khawatir jika modal beresiko tidak balik? Bisa-bisa masuk RSJ, gawat! Maka hari tenang tetap saja ada pergolakan, seperti ada api dalam sekam.
Di kalangan grass root pun tak kalah menghangat. Rakyat membicarakan, meski sering cuma dengan bisik-bisik, peluang menerima bingkisan dari para caleg dan parpol menjelang hari dan jam pencontrengan. Yah, inilah realitas. Inilah rakyat Indonesia Raya, yang masih butuh "perut dikenyangkan" tapi malah diajak berdemokrasi oleh elit-elitnya.
Hari-hari tenang, tanpa aktifitas kampanye terbuka, adalah saat gerilya para caleg. Buat apalagi kalau bukan untuk mengamankan perolehan suaranya kelak. Sebelum selesai penghitungan suara apa pun bisa terjadi, tidak bisa dipastikan. Tidak peduli kampanye terakhir partainya dibanjiri massa, belum tenang, meski sudah masuk hari tenang.
Bagi-bagi uang kepada calon pemilih mungkin sebagai mekanisme penenangan diri itu. Dengan praktek pemilu yang "rahasia" bagaimana logikanya bisa mempercayai calon pemilih yang mengatakan "siap mencontreng Anda" setelah diberi amplop uang 50 ribu? Bisakah dipercaya janjinya untuk memilih pemberi uang?
Fakta lain yang mungkin juga tidak digubris caleg adalah bahwa satu pemilih tidak hanya bersedia menerima uang dari satu caleg. Bisa jadi bingkisan dari siapa pun oke-oke saja diterima. "Rejeki lima tahunan masa ditolak," kilahnya. Memang iya. Saat seperti inilah mungkin saat panen bagi pemilih, "pemilik kedaulatan sejati di negeri ini".
Tapi, semoga saja para pemilih tetap awas, tidak mencontreng caleg yang main uang. Kalau pemilunya dimenangkan dengan uang, setelah pemilu apa lagi kalau tidak mengeruk uang? Jadi, karena memang butuh, terima saja uangnya. Itung-itung menyenangkan dan menenangkan hati si caleg. Soal caleg pilihan, cari aja yang sudah pasti bisa dipercaya. Pokoknya jangan sampai caleg yang potensial korupsi melenggang sampai ke kursi dewan.
Tenang, kan? Sejuk...!

Sabtu, 04 April 2009

Aisya ke Dokter

Demam hari ketiga Aisya. Minggu ketiga batuk-pileknya. Kayaknya kami memang harus membawa Aisya ke dokter favoritnya, dokter Kartika di JIH. Sekalian mungkin bisa sambil "terapi jalan-jalan". Slogan apotik K-24 'kan "hati yang gembira adalah obat"?
Seminggu yang lalu sebenarnya kami sudah ke dokter anak yang "lebih senior" - lha wong kata dokter JIH beliau ini adalah "gurunya dokter-dokter anak", je! Tapi kok belum mempan, ya? Mungkin karena kami belum mengikhlaskan sakitnya ini, kali. Tapi sekarang tidak boleh ditunda lagi. Ada kekhawatiran juga pada DBD. Lagi musim, sih.
...
Alhamdulillah, dokter meyakinkan kami bahwa batuknya masih wajar, "sebagai mekanisme pertahanan diri dari alergi". Panasnya muncul karena kemungkinan ada kuman atau virus yang masuk ketika tubuh sedang drop.
Anjurannya : perbanyak masuk cairan apa pun, entah berupa susu, madu, air putih, teh, sup, atau apa pun cairan. Jangan terlalu banyak manis karena merangsang batuk. Akumulasinya minimal 1500 cc/hari.
Selain itu, asupan kalori harus terus diusahakan, bagaimana pun caranya, walaupun sedang sulit kalau disuruh makan. Sedikit-sedikit tapi sering.
Kekhawatiran DB? Menurut dokter tidak ada. Gejalanya tidak menunjukkan DB. "Kalau DB seharusnya kelihatan seperti anak sakit berat," jelas dokter. Namun, jika kami ingin tenang, dipersilakan cek lab. Sekalian nanti hasilnya akan langsung dianalisa dokter.
...
Cek lab. Aisya tidak menangis ketika ujung jarnya ditoreh untuk ambil sampel darah.
Hasilnya 45 menit ditunggu.
...
Hasil lab berbicara... Alhamdulillah semua normal, bukan DB. Artinya diagnosa yang tadi benar semua.
Tinggal agenda kami melaksanakan juknis dari bu dokter. Yang paling menantang adalah mengajak Aisya makan.
Anda punya pengalaman untuk di-share?

Jumat, 03 April 2009

Ingin Meraih Manfaat Ganda?

Jika Anda berminat untuk mendirikan BMT atau menyusun rencana bisnis lembaga keuangan mikro syariah, silakan hubungi PT. ISES Consulting Indonesia melalui telpon 085878 617 333 atau 0274 625 945 atau klik di sini.
Selain menyediakan paket utuh pendampingan untuk seluruh rangkaian pendirian BMT, kami juga dapat memandu pendiri BMT untuk menyusun bagian per-bagian dalam perancangan usaha BMT.
Salam.

Nurhidayanto
085878 617 333

BMT Artha Sejahtera Rotowijayan Andalan Pelaku Usaha Wisata di Wilayah Kraton Jogja

Jika ada baitul maal wat tamwiil (BMT) yang populer di kalangan pengusaha cinderamata, penjual kaos ”dagadu”, toko batik, toko oleh-oleh bakpia, hingga tukang parkir dan tukang becak di kawasan sekitar alun-alun utara Kraton Jogjakarta, inilah BMT Artha Sejahtera Rotowijayan. Berkantor di jalan Rotowijayan no. 15, Kadipaten, Kecamatan Kraton, BMT ini membidik segmen pelaku usaha di sektor wisata budaya sebagai ujung tombak pelayanan jasa keuangan syariah yang ditekuninya.
”Tidak bisa dipungkiri, wisata kawasan Kraton turut menggerakkan ekonomi masyarakat Jogja. Kehadiran pelayanan kami diharapkan mampu bersinergi dengan pelaku usaha yang menjadi salah satu ikon Kota Budaya ini,” tutur Heru Hastyanto, SE. Manajer Pusat BMT Arta Sejahtera menjelaskan tekad BMT-nya. Sinergi yang dimaksud tentunya adalah penyediaan dana untuk membiayai berbagai usaha yang mendukung wisata di kawasan ini, dengan berpijak pada transaksi yang halal sesuai syariah.
Tekad BMT ternyata mendapat respon yang sangat bagus dari warga sekitar. ”Dulu, bahkan sebelum pembukaan kantor secara resmi, berbagai bentuk kerjasama pembiayaan sudah diajukan,” tambah Manajer BMT. Pengajuan pembiayaan, dalam lembaga keuangan konvensional diistilahkan dengan ’kredit’ meski secara subtansi berbeda, biasanya digunakan untuk keperluan kulakan barang dagangan, kulakan bahan, membayar tagihan yang jatuh tempo, membeli mesin produksi, dan sebagainya. Nilai pembiayaan yang diajukan berkisar antara 500 ribu hingga 15 juta rupiah.
Meski menggarap sektor yang khusus, ialah pelaku usaha pariwisata, BMT Artha Sejahtera Rotowijayan tetap menggunakan akad/perjanjian standar syariah yang sudah populer. Akad yang digunakan adalah akad murabahah (jika transaksi bersifat jual beli), ijarah (sewa menyewa), musyarakah dan mudharabah (kerjasama usaha). ”Penerapan akad standar ini karena kebetulan beragam pembiayaan yang telah disetujui dicairkan masih bisa dalam lingkup keempat jenis akad standar tersebut,” jelas Pandit Fatih Ahmadi, SE. yang ditunjuk sebagai Manajer Harian BMT.
Sehari-harinya BMT Artha Sejahtera dikelola oleh 5 (empat) personel. Kelimanya meliputi manajer, tenaga pembukuan (akunting), dua marketing dan teler merangkap CSO. Keseluruhan tenaga pengelola ini bekerja sepenuh waktu. Prinsip profesionalisme pengelolaan BMT ini selain sesuai dengan aturan perundangan yang berlaku juga untuk memenuhi tuntutan agar pelayanan berjalan optimal di sebuah kantor lembaga keuangan syariah.

Pentingnya Segmentasi Sasaran Pelayanan BMT

Pemilahan dan pemilihan sasaran utama pelayanan oleh BMT adalah sebuah syarat mutlak kesuksesan usahanya. Hampir bisa dipastikan, BMT yang sukses adalah BMT yang berani memilih segmennya dengan cerdas, berani dan fokus.
Sebagai salah satu BMT yang proses pendirian dan pengelolaannya didampingi oleh PT. ISES Consulting Indonesia, BMT Artha Sejahtera telah berani mengambil langkah focussing layanan dengan jelas. Dalam hal ini BMT memilih segmen dengan fokus komunitas berbasis teritorial, dengan melihat potensi komunitas di sekeliling BMT ini berlokasi.
Pilihan sektor yang akan dibidik harus dikaji dan didefinisikan sejak dalam perancangan bisnis BMT (business plan). Karena lokasinya di kawasan wisata, maka membidik pelaku usaha di sektor wisata adalah sebuah pilihan yang sangat rasional. Apalagi sudah mafhum bersama bahwa sektor pariwisata termasuk usaha yang selalu dinamis, kreatif menghadapi berbagai bentuk krisis ekonomi.
Bagaimana strategi memilih segmen layanan BMT? Bisa dikatakan, pada mulanya BMT dilahirkan oleh segmen komunitas masyarakat tertentu. Kelompok masyarakat yang spesifik kepentingan dan misi ekonominya. Kelompok kecil ini, karena kesamaan kepentingan dan pandangan ekonomi, mengawali terbentuknya BMT. Kelompok kecil inilah, biasanya berjumlah 20-30 orang, yang menjadi anggota pendiri BMT.
Dalam perjalanan pengembangan usahanya, pertama kali BMT perlu melebarkan kemitraan terhadap segmen intinya, ialah anggota-anggota pendirinya. Setelah berhasil melayani anggota-anggota pendiri, BMT merangkul pelaku-pelaku usaha di sekelilingnya.
Segmentasi pelayanan BMT bukan berarti membatasi pelayanan BMT hanya untuk kalangan tertentu saja. Dengan logika bidang usaha BMT di jasa keuangan syariah, maka kegiatan simpanan dan pembiayaan yang diusahakan oleh BMT sudah pasti akan menggabungkan berbagai elemen potensi ekonomi masyarakat. Para pelaku usaha yang butuh modal mendapat pembiayaan. Yang bukan pelaku usaha di kawasan Kraton, namun berminat untuk berinvestasi di sektor pariwisata, dapat memanfaatkan layanan simpanan dan simpanan berjangka.
Maka, segmentasi sasaran usaha BMT adalah awal untuk mensinergikan, memadukan berbagai potensi ekonomi, dari pemodal hingga pelaku usaha. BMT Artha Sejahtera Rotowijayan telah memberikan contoh aplikasinya.

Nurhidayanto
Manajer Program ISES Consulting Indonesia

BMT IHSAN MULIA, Fokus pada Pelaku Usaha Mikro di Perkotaan

Hingga hari ini, ketersediaan modal masih menjadi salah satu masalah utama para pelaku usaha mikro di Kota Jogjakarta. Karakter usaha mikro yang cenderung non-formal dan berskala kecil menyulitkan mereka ketika hendak mengakses tambahan modal maupun beragam kebutuhan keuangan sehari-hari dari lembaga keuangan perbankan. Padahal dalam kenyataan dari usaha semacam inilah, untuk sekedar menyebut sebagian diantaranya usaha tambal ban, warung kelontong, berjualan donat keliling, berjualan sayuran keliling, warung nasi, penjual mainan anak-anak keliling, masyarakat kecil di perkotaan mendapatkan penghasilan untuk menyangga kebutuhan keluarganya.
Inilah diantara yang melatarbelakangi pendirian BMT IHSAN MULIA yang berlokasi di Jalan Jlagran, tepatnya 200 meter dari stasiun Tugu ke arah barat. Dibentuk oleh 33 orang pendirinya sejak lima bulan yang lalu, BMT ini dengan tegas memposisikan layanannya untuk menunjang kebutuhan pembiayaan bagi pelaku usaha mikro pada masyarakat urban.
"Sejak awal, bahkan sebelum BMT IHSAN MULIA dibentuk, kami telah menginventarisasi potensi ekonomi masyarakat sekitar lokasi kantor. Kesimpulan kami, yang menjadi landasan awal pendirian BMT ini, menggarap sektor mikro di perkotaan sarat manfaat pemberdayaan," tutur Muhammah Rasyid, ST. Ketua Pengurus BMT IHSAN MULIA. Ternyata ada yang mengejutkan, baru beberapa bulan berjalan didapat kesimpulan tambahan. "Sektor ini juga terbukti mampu menghasilkan keuntungan yang sangat bersaing bagi para penabung dan investor," imbuh Ketua Pengurus BMT.
Dalam konteks Kota Jogjakarta, kota yang identik dengan pendidikan, budaya dan pariwisata, peluang usaha berskala mikro tentu bertebaran di mana-mana. Bagi yang sedang atau pernah tinggal di Jogja, katakanlah untuk kuliah misalnya, tentu telah mafhum dengan warung-warung nasi yang tersedia hingga di dalam pemukiman. Atau "warung koboy" yang menjadi jujugan kalau malam hari tiba-tiba perut melilit karena telat makan. Semua itu adalah buah kreatifitas pengusaha mikro. Jasa laundry, kos-kosan, pengetikan, service komputer, hingga pengantaran air minum isi ulang, adalah beberapa contoh usaha mikro yang bisa dimulai dengan bermodal Rp. 500.000,- (lima ratus ribu rupiah) saja.
Dikelola oleh seorang manajer yang memimpin tim yang terdiri dari dua account officer, satu costumer service officer dan satu orang tenaga akunting, BMT ini menyediakan layanan simpanan dan pembiayaan berbasis syariah.
"Layanan simpanan dikelola berdasarkan prinsip mudharabah (investasi) dan wadiah (titipan), baik yang bersifat fleksibel maupun dengan perjanjian/syarat khusus (muqayadah). Syarat khusus ini misalnya adalah jika ada investor atau penabung yang menghendaki dana titipannya disalurkan khusus untuk para pedagang keliling," jelas Dwi Lestari, Manajer BMT IHSAN MULIA.
Sedangkan jasa pembiayaan menggunakan prinsip jual-beli, sewa menyewa, dan kerjasama usaha. Selain simpanan dan pembiayaan syariah yang bersifat produktif (tamwiil), selayaknya baitul maal wat tamwiil yang memang juga mengemban fungsi baitul maal, BMT IHSAN MULIA juga menjalankan peran-peran sosial. Saat pembukaan kantornya, BMT ini menyerahkan beasiswa kepada 10 murid sekolah dasar yang berlokasi di sekitar kantornya.

Usaha Mikro, Tahan Krisis dan Lebih Menguntungkan

Dalam perkembangan dan dinamika ekonomi di Tanah Air, tidak dapat disangkal lagi daya hidup dan kekuatan usaha mikro dalam berjuang mengatasi kemiskinan. Berpijak di atas semangat kemandirian, para pelaku usaha mikro selalu bertahan melewati berbagai krisis ekonomi – saat dimana pengusaha lain gulung tikar menyisakan gelombang PHK di mana-mana. Kreatifitas dan semangat hidup yang tinggi, itulah kunci pelaku usaha mikro. Sampai ada ungkapan yang mengatakan "jika pedagang sayur tidak laku dia masih bisa ganti berjualan buah, berjualan buah tidak laku ganti berjualan jagung bakar, jagung bakar tidak laku ganti berjualan pisang rebus". Begitu seterusnya, seakan tidak ada kamus mati dalam berusaha.
Peluang usaha bagi pelakunya, adalah peluang investasi bagi lembaga keuangan syariah. BMT IHSAN MULIA telah memahami sosio-ekonomi semacam ini. Maka, pilihan untuk melayani pelaku usaha mikro di Kota Jogja ini sungguh pilihan yang menyimpan potensi keuntungan sekaligus pemberdayaan yang sangat besar.
Peluang keuntungan di sektor mikro bertumpu pada perputaran modal yang cepat. Pelaku usaha mikro karena berangkat dari modal yang relatif kecil maka cepat pula mencapai titik balik modal (BEP). Bayangkan, berjualan sayur paling lama 2 hari sudah pasti habis dagangannya. Warung nasi dan angkringan karakternya hampir sama. Maka, basis waktu pembiayaan untuk usaha-usaha semacam tidak harus merujuk pada (angsuran) bulanan. Paling tepat adalah mingguan atau harian untuk mengembalikan pembiayaan kepada BMT.
Untuk dapat melayani sektor mikro secara profesional dan berkelanjutan, karakter sektor mikro harus benar-benar dikuasai oleh praktisi BMT. Resiko dan keamanan harus tetap menjadi perhatian, meski tidak mesti dalam bentuk yang kaku. Yang paling penting adalah kreatifitas BMT agar resiko dapat ditekan seminimal mungkin, tanpa mengorbankan potensi keuntungan dan prinsip kerjasama yang saling menguntungkan.
Diantara cara yang harus ditempuh adalah dengan pendampingan kepada mitra pembiayaan, misalnya dalam cara mengangsur pengembalian pembiayaan. Cara pengembalian pinjaman harus memperhatikan pola penghasilan pelaku usaha. Jika penghasilannya harian, maka angsuran dapat dibuat pola harian. Demikian pula jika pola penghasilannya lima harian, mingguan maupun sepuluh harian.
BMT IHSAN MULIA juga perlu membiasakan menabung bagi semua penerima pembiayaannya. Dengan dua pola ini, kekhawatiran jika pengembalian akan macet bisa diminimalisir. Katakanlah, jika saatnya mengangsur belum ada dana maka bisa diambilkan dari tabungan yang bersangkutan.

Nurhidayanto
Manajer Program ISES Consuling Indonesia

BMT Artha Barokah, Mitra Andalan Pedagang Pasar di Imogiri


Pedagang di pasar Imogiri, baik yang memiliki kios permanen maupun yang sekedar berjualan di amben – bahkan yang masih nglesot lesehan di lantai pasar – telah akrab dengan para petugas BMT Artha Barokah. Kehadiran BMT dalam dua tahun terakhir ini menumbuhkan harapan baru membaiknya kesejahteraan para pelaku usaha di pasar tradisional di kawasan selatan Yogyakarta ini.
"Mas dan mbak BMT", demikian para mbok bakul memanggil para account officer BMT Artha Barokah, menjadi pilihan baru bagi mereka yang berkategori pedagang mikro. Sebelumnya para bakul tidak punya pilihan selain meminjam kepada bank thithil, sebutan mereka untuk praktek rentenir yang meminjamkan uang dengan bunga yang mencekik. BMT memberikan jasa tabungan dan pembiayaan kepada para pedagang pasar ini dengan cara perhitungan keuntungan yang berbeda, tanpa sistem bunga, dengan pelayanan yang sangat luwes.
Pilihan BMT Artha Barokah untuk membidik sektor pasar tradisional bukan tanpa perhitungan matang. "Menurut hemat kami para pedagang pasar menjalankan usahanya dengan perputaran yang tinggi. Jika dihitung dengan membandingkan terhadap modal usaha yang dikelolanya, tingkat keuntungan pedagang pasar cukup tinggi," tutur Kasidi, Manajer BMT Artha Barokah.
Tambahan modal sebesar 500 ribu saja telah sangat bernilai bagi pedagang buah, penjual es dawet, pedagang sayur, pedagang kerupuk hingga pedagang ayam di Pasar Imogiri. Terbukti melalui usaha inilah mereka, para pelaku usaha mikro yang berjiwa mandiri ini, dapat membiayai sekolah anak-anaknya hingga perguruan tinggi
Resiko kemacetan pengembalian memang selalu ada, tak hanya karakter pedagang pasar, namun semua usaha memang memiliki resiko rugi. Namun para pedagang pasar tradisional cenderung lebih jujur dan apa adanya. "Walaupun usaha mereka relatif kecil, kejujuran dan tekad untuk mengembalikan pembiayaan secara tepat waktu juga tidak perlu diragukan lagi," tambah Kasidi.
BMT Artha Barokah telah membaca dengan seksama potensi pasar-pasar di daerah Imogiri dengan cermat. Dengan memasuki pasar tradisional, BMT ini berharap dua manfaat sekaligus. Dua manfaat ini dapat tercermin dari namanya : manfaat artha (finansial, produktifitas modal, keduniaan) dan manfaat barokah (pahala dari Alloh swt., akhirat)
Hingga hari ini BMT Artha Barokah telah melayani ratusan pedagang. Mereka tersebar di berbagai pasar di wilayah selatan Kabupaten Bantul yang sedang bangkit dan tumbuh pesat pasca bencana gempa 2 tahun lalu. Di pasar Imogiri yang baru pun BMT Artha Barokah membersamai para pedagang yang kini menempati kios-kios yang lebih bersih dan tertata rapi.
Selain menggarap segmen pedagang pasar, BMT Artha Barokah merambah sektor pertanian dan kerajinan. Di sektor pertanian, BMT telah bermitra dengan kelompok tani Sekar Mulyo dan Lestari Mulyo di Selopamioro. Sedangkan di sektor usaha kerajinan BMT ini menggandeng beberapa pengrajin di sekitar Imogiri.
Untuk menguatkan pendanaannya, BMT Artha Barokah juga menjalin kerja sama dengan LPPM-UGM (Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat) untuk menyalurkan dana kepada UMKM yang ada di Imogiri dan sekitarnya. Ini juga dimaknai sebagai bentuk kepercayaan masyarakat kepada BMT ini.

Pasar Tradisional, Pasar BMT dengan Manfaat Ganda

Hubungan BMT dengan pasar (tradisional) dapat dijelaskan setidaknya melalui dua alasan. Pertama, sejak awal pertumbuhannya BMT memang fokus masuk ke pasar-pasar tradisional. Para pelaku penggerak awal BMT di Tanah Air, medio tahun 1995, mendefinisikan "lintah darat" sebagai "musuh utama" di masyarakat bawah. Para pelaku pembungaan uang dengan keuntungan yang mencekik peminjam ini bergerak aktif di pasar-pasar tradisional. Maka, BMT langsung terjun ke pasar-pasar ini dengan maksud meng-hijrah-kan para pedagang pasar kepada praktek simpan-pinjam yang halal dan memberikan keuntungan dua pihak. Jadi, dasar historis relasi antara BMT dengan pasar tradisional memang sudah dimulai sejak awal sejarah lembaga keuangan syariah ini.
Penjelasan lainnya terkait dengan potensi ekonomi di pasar tradisional. Jika mau berhitung lebih cermat, praktek perdagangan di pasar tradisional menghasilkan margin keuntungan yang cukup besar. Perputaran uang pun sangat cepat. Pagi (dini hari) kulakan sayur, siang dagangan sudah habis plus pendapatan berupa keuntungan. Harga kulakan bayam 500 rupiah dijual 750 rupiah, keuntungan riel sudah 50%. Ini terjadi berulang setiap harinya. Meski omsetnya kecil namun perputarannya cepat. Titik transaksi di pasar tradisional juga sangat banyak, terkumpul dalam sebuah komunitas. Pengelolaan pembiayaan dengan demikian lebih ringkas dan mudah. Sangat beralasan jika ada BMT yang tetap mempertahankan segmen pedagang pasar dalam operasinya.
Untuk menjadikan strategi BMT berbuah manfaat ganda, perlu langkah-langkah taktis yang diperhitungkan dengan cermat dan dilaksanakan secara konsisten. Aspek kolektibilitas (tingkat pengembalian dana) adalah salah satunya. Untuk mengoptimalkan pengangsuran, BMT dapat membiasakan menabung kepada para mitra pembiayaan. Secara periodik petugas BMT mendatangi penerima pembiayaan untuk mengumpulkan tabungan dari pendapatan rutin mereka, berapa pun nilainya. Saat jatuh tempo angsuran, mitra BMT dapat memilih apakah akan membayar secara tunai atau mendebet dari akumulasi tabungannya.
Langkah lainnya adalah aspek pendidikan. Edukasi tentang transaksi halal/syariah harus diterapkan secara terus-menerus. Ini adalah bagian penting dari misi BMT agar masyarakat, terutama mitranya, memahami BMT secara mendalam hingga ke esensinya. Mitra dapat berperan aktif untuk menjadi "juru kampanye" transaksi syariah. Bukan hanya menjadi obyek layanan BMT ansich. Jika hal ini dilakukan, semakin sering mitra bertransaksi dengan BMT Artha Barokah maka semakin loyal pula mitra. Semakin kecil pula kemungkinan terjerat kembali ke praktek rentenir.

Penulis :
Nurhidayanto (www.nurhidayanto.blogspot.com)
Manajer Program ISES Consulting Indonesia

Rabu, 01 April 2009

Utang dalam Pergerakan Ekonomi Nasional

Utang negara dapat berasal dari utang dalam negeri dan utang luar negeri. Kebutuhan akan utang yang demikian besar timbul karena fungsi utang bukan lagi sebagai financial bridging untuk memenuhi liquidity mismatch, namun utang telah menjadi alat fiskal pemerintah untuk menstimulasi perekonomian. Bahkan lebih buruk lagi utang telah menjadi alat pemuas keinginan pemerintah untuk membangun proyek-proyek mercusuar.
Ketika suatu negara sedang dilanda krisis, dalam kepanikan sesaat, utang yang asalnya P to P (private to private) dengan cerdik dapat diubah menjadi G to G (government to government). Lihat saja bagaimana utang dari sebuah perusahaan swasta kepada swasta lainnya di luar negeri, yang dengan alasan krisis ekonomi, mengalami gagal-bayar, diambil alih oleh pemerintah yang dana pengambilalihan itu didanai oleh pemerintah-pemerintah negara lain dengan dikomandoi oleh Dana Moneter Internasional (IMF).
Utang yang asalnya merupakan utang sebuah bank kepada pihak swasta di luar negeri, berubah menjadi utang negara kepada IMF. Lebih celaka lagi, bila kemudian ternyata pemilik perusahaan yang memberi utang di luar negeri itu adalah juga pemilik perusahaan yang gagal-bayar di dalam negeri.
Yang paling celaka adalah bila utang P to P diubah menjadi G to G, pemilik perusahaan P to P adalah orang yang sama. Melalui program MSAA (Master Settlement Acquisition Agreement) utang swasta dalam negeri dianggap lunas setelah asetnya disita pemerintah meskipun jumlah nilai aset itu kurang dari utangnya. Bukan saja di antara P to P terbuka kemungkinan untuk melakukan transfer pricing, juga pembayaran bunga yang tinggi.
Utang negara dapat dihitung dari selisih investasi dengan saving (saving investment gap). Semakin kecil saving semakin besar gap ini, sehingga memerlukan utang yang semakin besar. Namun kecenderungan saat ini utang melalui defisit anggaran sudah tidak disukai. The European Community membatasi defisit anggaran tiga persen saja dari GDP.
Cara lain melihat masalah ini adalah dengan meningkatkan jumlah saving, sehingga jumlah utang dapat ditekan pada jumlah minimal. Secara teori ekonomi, semakin besar saving semakin cepat pertumbuhan ekonomi.
Pertanyaannya adalah mengapa suatu negara mempunyai tingkat saving yang lebih tinggi dibandingkan negara lain? Apakah tingkat bunga yang tinggi akan mendorong saving yang tinggi pula? Ternyata tidak. Malahan semakin kecil tingkat kredit konsumtif semakin besar tingkat saving. Kontrol terhadap tingat kredit konsumtif bukan dilakukan melalui mekanisme bunga, namun dilakukan melalui mekanisme kebijakan fiskal. Negara dengan tingkat saving tinggi seperti Jepang dan Jerman ternyata mempunyai sistem pajak yang menurunkan minat untuk melakukan kredit konsumtif.
Bila suku bunga yang tinggi dapat meningkatkan saving, maka seharusnya tingkat bunga yang tinggi sejak awal 1980-an akan mendorong saving yang lebih tinggi. Padahal kenyataannya tidak, bahkan tingkat saving menurun. Rasio saving terhadap GDP menurun dari 26,6 persen (1971) menjadi 22,6 persen (1991) secara keseluruhan, sedangkan untuk negara berkembang dari 34,2 persen (1971) menjadi 26,1 persen (1991). Dan untuk negara industri dari 23,6 persen (1971) menjadi 20,2 persen (1971).
Jelaslah suku bunga bukan merupakan instrumen yang efektif untuk mempengaruhi tingkat saving. Dalam teori Keynesian saving merupakan fungsi dari pendapatan yaitu S = f (Y). Variabel suku bunga tidak masuk dalam fungsi saving. Menurut Keynes, money demand for speculation-lah yang dipengaruhi oleh tingkat bunga yaitu Md (sp) = f (I), dan menurut Tobin & Boumol, money demand for precautionary juga dipengaruhi oleh suku bunga yaitu Md (pre) = f (Y,i). Tidak satupun dari kedua teori itu yang mengatakan bahwa suku bunga mempengaruhi tingkat saving.
Cara melihat yang berikutnya adalah mengecilkan saving investment gap dengan sistem bagi hasil yaitu dengan mengubah penabung menjadi investor. Hal ini menjadi penting karena bila saving tidak diikuti dengan investasi, maka akan tersedia sejumlah besar dana yang menganggur yang akan mendorong orang untuk melakukan kegiatan transaksi finansial yang tidak terkait dengan sektor ekonomi riil seperti spekulasi valas, spekulasi di pasar uang dan di pasar modal.
Sejumlah penelitian menunjukan bahwa sistem bagi hasil akan mendorong tingkat investasi. Utang negara baik yang berasal dari utang dalam negeri maupun utang luar negeri merupakan hal yang kurang disukai dalam ekonomi syariah. Terbukti dengan kenyataan bahwa Rasulullah dan Khulafaur Rasyidin (khalifah yang empat) hanya sekali melakukan anggaran defisit. Dalam ilmu ekonomi hal ini akan mencegah ekspansi moneter yang selanjutnya mengontrol inflasi dan kestabilan nilai tukar uang.
Utang yang dilakukan dalam jangka waktu yang panjang menunjukkan ketidakefektifan fungsi utang itu sendiri karena hal itu berarti melanggengkan saving investment gap. Untuk mengatasi saving investment gap dalam jangka waktu pendek dapat diatasi dengan utang sebagaimana pernah dilakukan oleh Rasulullah saw. ketika jatuhnya kota Makkah, yang dilunasi sebelum satu tahun yaitu setelah perang Hunayn.
Namun bila saving investment gap berlangsung dalam jangka waktu yang panjang, maka solusinya adalah dengan meningkatkan saving, antara lain dengan mengontrol kredit konsumtif melalui kebijakan fiskal. Instrumen bunga bukan merupakan instrumen yang efektif untuk mempengaruhi tingkat saving. Cara kedua adalah dengan sistem bagi hasil yaitu merubah penabung menjadi investor, sehingga saving ditransformasikan menjadi sumber dana untuk pembangunan ekonomi sektor riil.

Diadaptasi dari artikel Adiwarman Azwar Karim di republika.co.id

Dibangunkan "Malaikat"

Dibangunkan "Malaikat"
"Dan pada sebagian malam, lakukanlah shalat tahajud (sebagai suatu ibadah) tambahan bagimu, mudah-mudahan Tuhan mengangkatmu ke tempat yang terpuji .” (QS. Al-Isra 79)

Mendadak aku terjaga dari tidurku di tengah malam buta itu. Mataku terbelalak seolah-olah ada kekuatan ghaib yang memaksaku untuk melek dan segera bangun. Aku lihat jam weker di atas meja belajar masih menunjukkan waktu pukul dua malam. Lantunan ayat-ayat suci Al Quran lewat suara imam kondang dari Arab Saudi Syeikh As-Sudais yang biasa aku putar lewat kaset di radio tape usang milik kawanku pun tidak mampu membuaiku untuk kembali memejamkan mata. Biasanya ketika kaset itu berhenti berputar dan meminta untuk dibalik dari sisi A ke sisi B aku secara otomatis akan terbangun dari tidur dan akan kembali tidur setelah selesai membalik dan membuat kaset itu kembali membunyikan alunan merdu “pesan-pesan dari langit”. Namun, malam ini sungguh tidak biasa.
Hampir setengah jam lamanya aku mencoba memejamkan mata sambil pikiranku menerawang kemana-kemana, terutama teringat akan cerita-cerita horor dari pengalaman pribadi teman-teman kuliah dulu.
Tiba-tiba, terlintas dalam pikiranku: “Kenapa tidak melaksanakan shalat malam saja sambil mencoba menenangkan kegelisahanku malam ini? Siapa tahu Allah akan mempercepat pengabulan semua doa dan harapanku yang tertunda.”
Shalat malam, suatu kegiatan yang sudah sangat lama sekali tidak aku kerjakan. Iya, seingatku terakhir kali aku rajin mengerjakan shalat malam adalah ketika aku kepengen sekali lulus UMPTN dan masuk UI. Setelah semua doaku di-ijabah oleh Allah, rasanya hampir tidak pernah aku melaksanakan lagi shalat yang istimewa ini. Sungguh durhaka memang mahluk yang namanya manusia, ketika menderita mereka merengek-rengek kepada Allah, namun setelah permintaannya dikabulkan mereka seolah-olah tidak kenal lagi dengan Tuhannya. Dan akupun mungkin bagian dari kaum ini. Astaghfirullah...!
Malam itu, setelah selesai “berkomunikasi” dan bermunajat kepada Allah, aku kembali ke pembaringan untuk melanjutkan istirahatku. Namun, belum beberapa lama aku merebahkan diri, tiba-tiba terdengar suara “gemelitik” aneh dari kaca jendela yang berada tepat di samping tempatku berbaring. Kaca jendela itu tidak berteralis besi dan kadang-kadang juga berfungsi sebagai pintu darurat apabila kunci pintu kamar kos itu tidak bisa terbuka. Makin lama suara itu semakin kerap terdengar ditambah lagi dengan suara “klotek-klotek” aneh. Aku berpikir mungkin kucing tetangga kos kawanku yang baru saja beranak yang iseng menggaruk-garuk kaca jendela karena ingin masuk dan dibukakan pintu. Tapi, apa iya itu perbuatan si kucing, kalau bukan bagaimana?
Kecurigaanku bertambah kuat ketika aku dengar “degup” langkah-langkah kaki manusia mendekati jendela kamar itu. Akupun semakin pasti bahwa ini adalah langkah-langkah manusia dan bukannya kucing atau setan-setan kurang kerjaan. Namun, aku masih berbaik sangka bahwa jangan-jangan ini ulah teman-teman tetangga kosku yang kadang iseng mengganggu atau menakut-nakuti para penghuni kos yang lain.
Dengan masih menggunakan celana pendek dan sarung yang aku pakai sehabis shalat tadi, dengan nekad dan membaca bismilllah aku mencoba memberanikan diri membuka tirai yang menutup jendela itu sekalian ingin memberi surprise kepada siapapun yang ada diluar sana.
Hal yang membuat aku kaget setengah mati adalah ketika aku menyibakkan tirai jendelanya secara mendadak. Ternyata ada dua sosok mahluk di luar kamar kosan itu, yang satu berbadan pendek namun gempal sedangkan satunya lagi berbadan sedang. Manusia-manusia salah karir itu sedang asyik berjongkok sambil khusyuk mencongkel daun jendela kamar sahabatku. Mataku dan mata mereka saling bertatapan dan sama-sama terkejut bukan kepalang. Secara spontan aku teriak “Maling...!” sekeras-kerasnya dan berulang-ulang untuk mengusir mereka sambil mencoba membangunkan tetangga untuk sama-sama mengejar dan membekuk para penjahat tengik itu.
Dengan lari terbirit-birit karena dikejar-kejar orang sekampung, para bandit kampung itu pontang-panting melewati lorong dan gang sempit sepanjang kampung. Akhirnya para penjahat itu berhasil meloloskan diri dengan membonceng dua unit sepeda motor yang dikemudikan anggota komplotannya yang diparkir tidak jauh dari tempat kos kawanku itu. Ternyata ada sepasang maling lagi yang mengintai pas di depan kamar kos yang ikut lari tunggang-langgang karena kaget kejahatannya ketahuan. Jadi, total maling yang beroperasi malam itu kira-kira ada enam personil.
“Subhanallah…! Alhamdulillah..!”, ucapku berkali-kali dalam hati.
Kejadian itu membuat aku memahami lagi salah satu rahasia Allah akan manfaat dan keutamaan shalat malam. Memang berat untuk menjalankan segala perintah Allah baik yang wajib maupun yang sunah apabila kita tidak mengalami sendiri suatu pengalaman spiritual yang menguatkan keimanan kita. Ada orang-orang yang diberi hidayah dan kembali kejalan Allah setelah dirinya diperlihatkan sebuah kejadian yang membuat spirit keimanannya bangkit kembali.

Diadaptasi dari artikel Bayu Eljowo (eljowo@yahoo.com) di eramuslim.com

Tetap Aja Bersyukur

Sepulang sekolah Budi, kelas 9 SMP, dengan riang membawa membawa hasil UAN.
Ayahnya melihat agak bingung sambil bertanya, “Wah kelihatanya gembira sekali, Bud. Bagaimana hasil UAN-mu?”
Budi : “Hebat, Yah. Tapi ada yang lebih penting, lho...”
Ayah: “Apa itu?”
Budi: “Tahun ajaran baru ini ayah tidak perlu repot-repot bayarin Budi masuk ke SMU”.
Ayah : “Yang bener? Wah, kamu dapat beasiswa, ya?”
Budi: “Bukan itu. Tidak perlu daftar SMU karena saya tidak lulus SMP, Yah…”

Dari wakakapedia.com

Menduniakan Pemasaran Produk UKM

Saat ini sedang marak didengungkan ”UKM Goes Online”.Tapi sayangnya, banyak para pemilik UKM belum memahami pentingnya meng-online-kan bisnisnya dan memilih menggunakan cara penjualan dan pemasaran yang konvensional, sehingga UKM-nya kurang berkembang. Mengapa sih UKM harus goes online ? Mengapa sih para pemilik UKM harus mulai menggunakan internet untuk mendukung UKMnya ?
1. Memperluas pemasaran
Hambatan terbesar dari UKM adalah pasar yang terbatas. Dengan pasar yang terbatas semacam ini, tentu sulit diharapkan UKM dapat mengembangkan pemasaran. Untuk memperluas pasarnya, dibutuhkan dana yang tidak sedikit dan ini menjadi penyulit bagi para pemilik UKM yang memiliki modal yang tidak terlalu besar. Padahal seperti yang kita tahu, produk-produk yang dihasilkan oleh UKM di Indonesia banyak dilirik dan diminati oleh pasar dunia.
Dengan hadirnya internet yang sekarang ini sudah semakin murah biayanya, tentunya dapat menumbuhkan kembali kesempatan meraih peluang pasar bagi UKM. Kali ini pasar yang dapat direngkuh bukan cuma pasar dalam negeri, tapi juga pasar dunia. Dan tidak terbatas lagi pada daerah, wilayah atau kawasan tertentu. Karena dengan kehadiran internet dapat memperpendek jarak geografis dan melintasi batasan waktu.
2. Melayani pembeli 24 jam
Dengan cara konvensional, pemilik UKM hanya bisa melayani pembeli selama hari kerja dan jam kerja. Sedangkan dengan menggunakan internet, pembeli bebas melihat-lihat produk dan membeli produk yang disukainya kapan pun dia mau 24 jam dalam sehari, 7 hari dalam seminggu.
3. Melayani banyak pembeli sekaligus
Pemilik UKM tidak perlu lagi merasa kewalahan melayani banyak pembeli dalam waktu yang bersamaan dan pembeli pun tidak perlu antri menunggu untuk dilayani, karena dengan internet, pembeli bisa langsung memilih produk dan menyelesaikan proses pembayaran tanpa perlu menunggu Anda melayani pembeli lain yang terlebih dahulu datang.
4. Mempermudah komunikasi dengan pelanggan
Pemilik UKM bisa berkomunikasi dengan pelanggan secara cepat meskipun terpisah jarak dan waktu. Pemilik UKM bisa kapan saja mengirimkan email berisi promosi/diskon yang sedang diadakan kepada banyak pelanggan sekaligus dalam waktu bersamaan. Pemilik UKM juga bisa berdiskusi secara langsung/real time dengan pelanggan yang menginginkan penjelasan tentang suatu produk.
Setelah mengetahui keuntungan menggunakan internet untuk mengembangkan UKM, mungkin Anda jadi bertanya-tanya, bagaimana sih caranya meng-online-kan UKM ?
Sebenarnya caranya mirip seperti ketika Anda menjual produk Anda secara konvensional, yaitu memajang produk yang Anda jual di toko/showroom. Di internet pun, Anda juga harus memiliki tempat untuk memajang produk yang Anda jual, yang biasa disebut sebagai toko online.
Untuk membuat toko online, Anda harus memiliki :
1. Domain, yaitu alamat toko online di internet.
2. Hosting, yaitu tempat menaruh semua data yang terkait dengan produk yang Anda jual.
3. Design toko online yang dilengkapi fasilitas e-commerce, seperti :
• Tampilan produk yang cantik dilengkapi dengan informasi produk.
• Menampilkan produk terbaru dan produk dengan harga khusus/diskon/spesial.
• Menampilkan featured product/product unggulan.
• Mampu menampilkan variasi produk yang tersedia (warna, ukuran, dsb.) beserta masing-masing stok dan harganya.
• Memiliki shopping cart/keranjang belanja.
• Memiliki fasilitas tracking/pelacakan proses pesanan untuk pemilik toko maupun pembeli.
• Bisa melakukan kontrol stok barang.
• Notifikasi pemesanan via email.
• Bisa memasukkan pajak.
• Bisa melihat daftar pelanggan toko online.
• Bisa melihat laporan penjualan.

Diolah dari berbagai sumber.

IMPOR JURKAM DARI JEPANG

Kampanye sudah masuk pekan kedua. Seluruh parpol (petingginya) sudah meneken janji pemilu damai. Tapi bagaimana komitmen pemilu damai itu diwujudkan dalam kampanye yang damai, jauh dari kesan menakutkan?
Kenyataan masih saja parpol yang membiarkan pendukungnya mencopot peredam knalpot, agar motor pendukungnya bisa bersuara keras. Biasanya dengan atribut PDIP atau PPP.
Lumayan, begitulah cara "rakyat bodoh" menyampaikan suaranya. Ketika keluhan dan aspirasi sudah tidak digubris oleh elit, knalpot "blombongan" menjadi amplifier yang dipercaya mampu melantangkan suara.
Suara memekakkan telinga tentu bukan sesuatu yang nyaman. Lagi-lagi masyarakat yang disuruh ngalah, agar konvoi "tidak terhambat". Nekat tidak mau minggir? Jangan coba-coba. Bisa-bisa tangkai bendera melayang di kepala.
Salut buat si polin yang mencoba tegas, merazia jurkam (juru hura-hura kampanye) di sepanjang jalur menuju lapangan rapat umum. Sayangnya itu dilakukan cuma waktu pagi, saat peserta berangkat. Padahal saat yang paling riskan justru saat pulang, ketika energi jurkam melimpah di tengah kerumunan berkendara. Jatidiri melebur, ketakutan hilang, menjelma arogansi kerumunan. Dan motor terus meraung-raung merajai jalan.
Teman saya bilang, kalau Indonesia pemilu, yang ramai kampanye malah orang Jepang. Karena motor yang dipake meraung-raung itu 'kan produksi Jepang? Ada benarnya juga.
Bagaimana pendapat Anda?

HITUNG CEPAT HASIL PEMILU

HITUNG CEPAT HASIL PEMILU
Apanya yang Dihitung?

Beberapa hari yang lalu akhirnya Mahkamah Konstitusi menyatakan putusan bolehnya hasil quick-count diumumkan pada hari yang sama dengan hari pencontrengan, 9 April 2009. Keputusan ini meneguhkan pandangan bahwa hakekatnya apa pun yang diumumkan oleh lembaga-lembaga pelaksana hitungan cepat itu tidak akan mempengaruhi obyektifitas pemilih. Namun benarkah demikian?
Bagaimana pendapat Anda?

Mengenai Saya

Foto saya
Bantul, DI. Yogyakarta, Indonesia
Saya percaya setiap orang hidup untuk sebuah misi, amanat dan titipan Tuhan. Saya memiliki impian terbaik untuk orang-orang yang saya cintai, dan ingin meraih impian saya dengan membantu sesama menggapai impiannya. Mari berbagi.